Kamis, 06 Maret 2014

I Was an Amateur Magician

“Silahkan ambil salah satu kartu, lalu inget-inget kartu tersebut, kalo sudah inget silahkan kembalikan ke deck kartu”

Mendengar hal kayak gitu seolah nostalgia tentang gimana ngelakuin trik sulap pada anak-anak tetangga, temen-temen SMA, dan orang-orang sekitar.

Kesenangan tersendiri kadang muncul waktu ngeliat ekspresi kaget temen-temen yang kena bo’ongin trik sulap, tapi semua itu berubah waktu ada temen songong yang sok tau tentang trik itu sambil bilang “wah itutuh dimasukin kantong, itutuh kartunya dibaliknya tadi”, temen yang kayak gini ini yang bikin geregetan sampe-sampe pengen siram tuh muka pake insto expired.

Faktanya menjadi seorang magician adalah hal yang menurutku cukup asyik pada saat itu, sejak jadi magician anak-anak tetangga rumah semakin sering main kerumah sambil bawa kartu remi sambil bilang “mas ayo main sulap”, habis minta main sulap mereka minta makan, habis minta makan mereka minta tidur dikamarku. Itu anak-anak kalo tidur mukanya unyu banget sampe-sampe pngen ngerendem mereka di air adem sari.

Hampir setiap magician mempunyai keahlian msing-masing dalam bidang sulap, contohnya mereka yang cakap dalam bidang kartu maka mereka sebut diri mereka cardician, mereka yang bisa membaca fikiran adalah mentalist, mereka yang sering main sulap dijalan adalah street magician.

Pernah terobsesi menjadi street magician sampai-sampai berlatih trik-trik dasar sulap sleight of hand (kecepatan tangan) dari pagi sampai malam dan bergabung dengan komunitas sulap, sampai akhirnya mendapat tawaran untuk tampil di halaman parkir Giant, mereka minta beberapa street magician buat narik perhatian pengunjung “that was my first performance”.

Untuk pertama kalinya aku temukan target, yaitu keluarga bahagia yang terdiri dari bapak-ibu dan satu putra mereka yang berusia sekitar 10 tahun, sebut saja nama anak itu Sinchan. Sang bapak dan ibu merasa biasa-biasa saja ketika aku tawarin untuk bermain beberapa trick, sedang si Sinchan excited banget dan menunggu apa yang akan terjadi.

Iqbal : adek punya koin ndak?
Sinchan : iya ini ada bang, sambil nyodorin duit koin 500 rpiah.
Iqbal : setelah koin ditangan (singkat cerita aku ilangin itu koin yang padahal sebenernya aku msukin baju)
Sinchan : (makin keliatan excited) lagi… lagi.. lagii..
Iqbal : iya, akhirnya aku makin enjoy sambil nunjukin trik menggandakan koin.
Sinchan : (smakin melongo) sambil Tanya “bisa bikin mama aku jadi 2 ndak”
Bapak-ibu sinchan : ketawa keras, tapi yang paling keras bapaknya karena seneng.

 “That was one of my sweetest memories when I was 16, I became an ambitious kid and believe that pro magician was cool”

Sampai saat ini, trik sulap terbesarku adalah menghilangkan sepeda lipat, yaitu ketika parkir tuh sepeda tanpa digembok disebelah perpus, dan dalam hitungan menit hilanglah sepeda lipat tersebut.


2 komentar: