Kamis, 17 November 2011

Antara populer dan jadi diri sendiri

Sejak SMA aku adalah tipikal anak yang suka menyendiri dan kurang pergaulan, entah karena aku kurang interaksi dengan teman-teman atau mereka memang lebih suka menghindari temen berpenampilan homo pada saat itu.  Aku bukanlah siswa yang aktif dalam organisasi Islami yang bisa narik infaq tiap kelas sehingga dikenal banyak adek/kakak kelas, lebih parahnya aku adalah  ABG gaptek, contoh aja ketika aku baru kenal Frienster temen-temen pada pindah ke facebook,ketika aku baru kenal facebook mereka pindah ke twitter, ketika aku kenal twitter mereka pindah ke Friendster lagi (tau banget kalau aku lagi ngikutin mereka).

Di caturwulan pertama kelas 1 SMA aku punya teman bernama Yoga, Yoga termasuk anak yang cukup populer dan gaul pada saat SMA walaupun pada saat itu kami masih kelas sepuluh, tapi hampir semua orang di SMA tahu siapa Yoga ‘Oh, anak X-3 yang pinter itu ya?’ kalo nggak gitu ‘oh anak padus yang suaranya bagus itu ya’, sedangkan pada saat SMA aku populer sebagai cowok yang gak populer, ‘oh si Iqbal? Yang nggak populer itu ya?’   

Menjadi siswa yang kurang populer kadang cukup menyebalkan, kalo kita nggak populer,orang akan gampang lupa nama kita (orang lebih mudah mengingat nama bengkel daripada nama orang yang nggak populer). bahkan ketika kita jatuh cinta pada siswi yang populer kita harus berpikir dua kali untuk mengungkapkan perasaan dikarenakan status sebagai siswa nggak populer.
     
Secara fakta siswa yang nggak populer itu lebih sering dilecehkan daripada di perhatiin, contoh aja ketika ada sesuatu yang menimpa siswa populer :

‘’ Eh denger- denger gosip si Randy sekarang udah punya pacar lho ’’
‘’  Wah beruntung banget  ceweknya bisa ngedapetin hati Randy ’’

Berbeda dengan siswa yang nggak populer :

‘’ Eh denger-denger gosip si Iqbal udah punya pacar lho’
‘’ Wah cewek yang kurang beruntung’’ atau ‘’ cowok mana yang jadi pacar Iqbal sekarang?’

      Menjadi siswa populer lebih mudah tertimpa gosip-gosip, sedangkan menjadi siswa nggak populer lebih mudah tertimpa genteng. 

Suatu ketika aku pernah jatuh dari motor didepan SMA, lantaran waktu jam pulang sekolah jadi rame banget, beragam ekspresi yang aku saksikan pada saat itu, ada yang dengan sigap membantu, ada yang ngetawain, ada yang berbisik dari kejauhan ’’siapa yang jatuh barusan?’’ si iqbal, ‘’oooh si Iqbal (dengan pura-pura tahu  dia menjawab,kalaupun tahu,paling mentok cuman bilang ‘’ooh si iqbal yang sering nyabulin hewan ternak itu ya?’’) 

Memang  Itulah kenyataanya. dalam lingkungan sekolah, selalu ada siswa yang populer dan ada yang tidak dan aku hanya bisa menerima hal tersebut. Perbedaan semacam ini wajar terjadi karena adanya diversifikasi seperti kelas sosial, kecerdasan, kemampuan, dan penampilan fisik.

Siswa yang populer umumnya bertampang keren abis bak artis sinetron di RCTI. Ada juga yang populer karena berotak cerdas seperti Albert Einstein, atau ada juga yang tenar karena memiliki orang tua super tajir. Tapi, banyak juga yang terkenal karena memiliki kelakukan kriminal, seperti gemar membolos, tawuran, bau ketek berlebih, sering mukulin guru dll.

Bel sekolah telah berbunyi dan aku laper banget, akhirnya aku putuskan untuk beli camilan didepan sekolah, kuputuskan untuk membeli batagor (karena hanya ada tersisa batagor saja pada saat itu)
Setelah aku pesen batagor ke mas-masnya aku nungguin batagor pesenanku mateng dan aku mencoba buat membuka obrolan dengan mas-mas batagor tersebut biar terlihat akrab.

‘’ Mas liga Inggris kmaren siapa yang menang?’’
‘’kayaknya 2-0 tuh yang menang persebaya’’ masnya menjawab sekenaynya (walaupun nggak kena)

Lalu aku mengiyakan jawaban mas-mas tersebut daripada aku bilang yang aneh-aneh ntar aku digoreng. tapi beberapa saat kemudian aku memperhatikan ada yang aneh di bumbu yang racikan batagor masnya. Aku tanya lagi.

‘’lho mas bumbu batagornya kok kaya’ bumbu rujak gituu?’’
‘’lho iya mas,ini bumbu batagor khas saya’ jawab masnya dengan mantap
‘’emang nggak takut rugi gara-gara nggak enak mas?’’
‘’lho yang pentingkan bikinan sendiri dan berbeda dari yang lainya,kalo bahasa kerenya be your self (jawabnya dengan logat bahasa inggris yang medok)

Kemudian batagorku udah mateng dan si mas ngasihin batagor tersebut, tak butuh waktu lama aku langsung memakan batagor tersebut dan rasanya ternyata nggak kalah enak dari batagor biasanya yang aku beli.  
Saat itu aku sadar bahwasanya aku dikalahkan oleh mas-mas batagor secara telak, dia telah memberiku inspirasi bahwasanya populer bukanlah suatu pencapaian, tak peduli populer atau nggak populer yang penting kita berani menjadi diri kita sendiri (be yourself).

Sejak saat itu aku mencoba mengumpulkan karakterku yang sudah lama tercecer, dan aku mencoba menjadi diriku sendiri... meskipun sampai sekarang aku belum populer, tapi aku tahu siapa dirikuu..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar