Minggu, 16 Maret 2014

Headset dan Cinta

I dont need a Headset
Beberapa waktu yang lalu, aku beli headset berwarna hitam yang dilapisi karet di tiap earphonenya, suara yang asyik selalu keluar waktu aku dengerin musik lewat headset itu, bahkan ketika aku seneng, risau, sedih, aku selalu dengerin musik lewat headset baruku.

Tapi Setelah 3 bulan aku pakai, earphone headset yang sebelah kiri tiba-tiba mati dan tidak mau ngeluarin suara, ahirnya aku coba buat benerin earphone itu, dan hasilnya malah makin gak karu-karuan.

Kini  aku hanya bisa menikmati musik dengan satu headset, musik yang biasanya seru dan asyik tiba-tiba menjadi monotone dan kurang bervariasi, lama kelamaan aku bosan dengan headset hitamku ini, akhirnya aku copot dan kudengarkan musik melalui loudspeaker.

Headset terdiri dari 1 earphone kanan dan 1 earphone kiri, sama  seperti pasangan yang selalu terdiri dari seorang wanita dan seorang pria.

Ketika kita memakai 2 earphone headset sekaligus, musik yang akan terdengar semakin asyik dan berwarna, hal yang sama akan terjadi ketika kita menemukan pasangan.

Ada kalanya tiba-tiba salah satu earphone dari headset mati, sepertihalnya salah satu pasangan yang meninggalkan orang yang menyayanginya, dan orang tersebut mencoba membenarkan bahwasanya dia tidak pantas untuk ditinggalkan. Tetapi yang ada dia semakin terbuang.

Ketika salah satu earphone mati maka suara headset tidak asyik lagi, ketika kita terbiasa hidup berdua dan tiba-tiba sendiri, maka rasanya tak jauh berbeda dengan sayur tanpa garam.

Tapi masih ada cara lain untuk menikmati musik, yaitu dengan melepas headset dan menikmatinya melelui loudspeaker.

Begitu juga untuk menikmati hidup yang sudah tidak asyik lagi, yaitu dengan melupakan “headset” kita dengan berbagi cinta dengan orang lain di sekitar kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar