Sejak SMA aku adalah tipikal anak yang suka menyendiri dan
kurang pergaulan, entah karena aku kurang interaksi dengan teman-teman atau
mereka memang lebih suka menghindari temen berpenampilan homo pada saat itu. Aku bukanlah siswa yang aktif dalam organisasi
Islami yang bisa narik infaq tiap kelas sehingga dikenal banyak adek/kakak kelas,
lebih parahnya aku adalah ABG gaptek,
contoh aja ketika aku baru kenal Frienster temen-temen pada pindah ke
facebook,ketika aku baru kenal facebook mereka pindah ke twitter, ketika aku
kenal twitter mereka pindah ke Friendster lagi (tau banget kalau aku lagi
ngikutin mereka).
Di caturwulan pertama kelas 1 SMA aku
punya teman bernama Yoga, Yoga termasuk anak yang cukup populer dan gaul pada
saat SMA walaupun pada saat itu kami masih kelas sepuluh, tapi hampir semua
orang di SMA tahu siapa Yoga ‘Oh, anak X-3 yang pinter itu ya?’ kalo nggak gitu
‘oh anak padus yang suaranya bagus itu ya’, sedangkan pada saat SMA aku populer
sebagai cowok yang gak populer, ‘oh
si Iqbal? Yang nggak populer itu ya?’
Menjadi siswa
yang kurang populer kadang cukup menyebalkan, kalo kita nggak populer,orang
akan gampang lupa nama kita (orang lebih mudah mengingat nama bengkel daripada
nama orang yang nggak populer). bahkan ketika kita jatuh cinta pada siswi yang
populer kita harus berpikir dua kali untuk mengungkapkan perasaan dikarenakan
status sebagai siswa nggak populer.
Secara fakta siswa yang nggak populer itu lebih sering dilecehkan daripada di perhatiin, contoh aja ketika ada sesuatu yang menimpa siswa populer :
‘’ Eh denger- denger gosip si Randy sekarang udah punya
pacar lho ’’
‘’ Wah beruntung
banget ceweknya bisa ngedapetin hati
Randy ’’
Berbeda dengan siswa
yang nggak populer :
‘’ Eh denger-denger gosip si Iqbal udah punya pacar lho’
‘’ Wah cewek yang kurang beruntung’’ atau ‘’ cowok mana yang
jadi pacar Iqbal sekarang?’
Menjadi siswa populer lebih mudah tertimpa
gosip-gosip, sedangkan menjadi siswa nggak populer lebih mudah tertimpa genteng.
Suatu ketika aku pernah jatuh dari motor
didepan SMA, lantaran waktu jam pulang sekolah jadi rame banget, beragam
ekspresi yang aku saksikan pada saat itu, ada yang dengan sigap membantu, ada
yang ngetawain, ada yang berbisik dari kejauhan ’’siapa yang jatuh barusan?’’
si iqbal, ‘’oooh si Iqbal (dengan pura-pura tahu dia menjawab,kalaupun tahu,paling mentok cuman
bilang ‘’ooh si iqbal yang sering nyabulin hewan ternak itu ya?’’)
Memang Itulah kenyataanya. dalam lingkungan sekolah,
selalu ada siswa yang populer dan ada yang tidak dan aku hanya bisa menerima
hal tersebut. Perbedaan semacam ini wajar terjadi karena adanya diversifikasi
seperti kelas sosial, kecerdasan, kemampuan, dan penampilan fisik.
Siswa yang populer umumnya bertampang keren abis bak artis sinetron di RCTI.
Ada juga yang populer karena berotak cerdas seperti Albert Einstein, atau ada
juga yang tenar karena memiliki orang tua super tajir. Tapi, banyak juga yang
terkenal karena memiliki kelakukan kriminal, seperti gemar membolos, tawuran, bau
ketek berlebih, sering mukulin guru dll.
Bel sekolah telah berbunyi dan aku laper banget, akhirnya aku putuskan untuk
beli camilan didepan sekolah, kuputuskan untuk membeli batagor (karena hanya
ada tersisa batagor saja pada saat itu)
Setelah aku pesen batagor ke mas-masnya aku nungguin batagor pesenanku
mateng dan aku mencoba buat membuka obrolan dengan mas-mas batagor tersebut biar
terlihat akrab.
‘’ Mas liga Inggris kmaren siapa yang menang?’’
‘’kayaknya 2-0 tuh yang menang persebaya’’ masnya menjawab sekenaynya
(walaupun nggak kena)
Lalu aku mengiyakan jawaban mas-mas tersebut daripada aku bilang yang aneh-aneh
ntar aku digoreng. tapi beberapa saat kemudian aku memperhatikan ada yang aneh
di bumbu yang racikan batagor masnya. Aku tanya lagi.
‘’lho mas bumbu batagornya kok kaya’ bumbu rujak gituu?’’
‘’lho iya mas,ini bumbu batagor khas saya’ jawab masnya dengan mantap
‘’emang nggak takut rugi gara-gara nggak enak mas?’’
‘’lho yang pentingkan bikinan sendiri dan berbeda dari yang lainya,kalo
bahasa kerenya be your self (jawabnya dengan logat bahasa inggris yang medok)
Kemudian batagorku udah mateng dan si mas ngasihin batagor tersebut, tak
butuh waktu lama aku langsung memakan batagor tersebut dan rasanya ternyata
nggak kalah enak dari batagor biasanya yang aku beli.
Saat itu aku sadar bahwasanya aku dikalahkan oleh mas-mas batagor secara
telak, dia telah memberiku inspirasi bahwasanya populer bukanlah suatu pencapaian,
tak peduli populer atau nggak populer yang penting kita berani menjadi diri
kita sendiri (be yourself).
Sejak saat itu aku mencoba mengumpulkan karakterku yang sudah lama tercecer,
dan aku mencoba menjadi diriku sendiri... meskipun sampai sekarang aku belum
populer, tapi aku tahu siapa dirikuu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar